Rabu, 19 Mei 2010

Meraih Rupiah dari Kripik Singkong




Sinta, mahasiswi kelahiran Teluk Betung, 24 oktober 1986 ini telahir dari keluarga yang tidak mampu. Jangankan untu membeli mobil, sejak kecil ia harus berpindah-pindah rumah kontrakan karena orang tuanya tidak mampu membeli rumah. Sejak kecil ia tebiasa membantu orang tuanya bekerja menjual keripik pisang untuk membantu membiayai uang sekolahnya. Bahkan waktu ia duduk dbangku SMP , ia sempat membantu ayahnya bekerja di bengkel teralis besi. Ia sangat memahami bahwa ia tidak dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan secara materi ,waktu ia kelas 2 SMA shinta memutuskan untuk bekerja di sebuah pabrik keripik pisang setelah pulang dari sekolah. Pekerjaan itu ia lakukan selama 6 bulan ia mendapatkan upah yang cukup lumayan untuk membantu perekonomian keluarganya.

Bukan tanpa bekal setelah keluar dari pabrik, setelah bekerja dipabrik ia mendapatkan banyak ilmu dari tempat ia bekerja. Mulai dari memilih pisang yang berkualitas baik, memotongnya menjadi irisan yang tipis, menggorengnya hingga renyah, sampai memberi varian rasa pa keripik pisang.

Lampung memang sangat terkenal dengan makanan yang diolah dari pisang yang memang banyak dihasilkan didaerah itu. Dulu varian rasa keripikhanya gurih asin. Namun sekarang varian rasanya sudah berkembang. Diantaranya ada rasa keju, coklat dan pedas. Keripik pisang sekarang sudah terkenal sebagai cemilan yang menjadi teman saat waktu senggang. Hal inilah yang membuat sinta membulatkan tekadnya untuk memulai berbisnis keripik pisang. Secara perlahan ia mengumpulkan uang hingga 3 juta rupiah sebagai modal usahanya. Modalnya itu ia gunakan untuk mebeli barang-barang yang digunakan untuk memulai usahannya yaitu peralatan dapur standar dan bahan dasar pisang. Tak hanya pisang ia pun memanfaatkan hasil bumi lain yang dapat diperoleh dengan mudah di daerahnya seperti singkong ubi jalar, talas dan sukun.

Pada awalnya sinta mengalami banyak kendala dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah pemasaran produknya. Ia tidak tau bagaimana memasarkan produknya karena dimana-mana sudah banyak sekali yang menjual keripik pisang. Ia juga tidak dapat menggaji pegawai untuk membantunya. Lalu ia meminta bantuan saudara dan dua orang temannya yang sudah berpengalaman. Selain membantu proses pembuatan kripik , kedua temannya juga membantu mengemas produk dan memasarkannya kesekolah-sekolah, toko cemilan, dan toko cendera mata yang dikunjungi banyak wisatawan.

sinta memberi merek Istana Keripik Ibu Meri untuk produknya. ia memberi nama itu karena ia ingin menghormati nama ibunya yang sering menjadi cemoohan orang-orang sebagai orang miskin dan tidak berpendidikan.

Waktu terus berjalan, lama kelamaan ia makin yakin dengan usaha yang dijalaninya. Ia pun yakin bisnis yang ia jalani dapat mengagkat perokonomian keluarganya menjadi lebih sejahtera. Dari dulu berpindah-pindah kontrakan sekarang sudah bisa membeli rumah sendri. Rupiah demi rupiah ia telah kumpulkan dari keuntugan bisnisnya untuk mengembangkan usahanya. Pengembangan ini ia lakukan karena ia sadar bahwa persaingan produknya sangat banyak. Mulai dari Home industri sampai pabrik-pabrik yang dikelola secara modern. Ia memutar otak untuk melakukan inovasi pada produknya. salah satu inovasinya yaitu dengan menambah varian 9 rasa keripik diluar rasa standar. Ia juga memperbolehkan pelanggannya mencicipi keripiknya sebelum memumtuskan untuk membelinya.

Kerja keras memang modal utamanya. Ia ia juga tidak lupa untuk menyisihkan sebagian rizkinya untuk orang-orang yang kurang mampu. Baru 3 tahun ia menjalankan usahanya , ia sudah bisa mempekerjakan 13 orang karyawan. Sebagian karyawanya adalah tetangganya sendiri, hal ini karena ia ingin mengembangkan kesejahteraan orang-orang disekitarnya. Meski tumbuh menjadi jutawan muda, sinta tidak berubah menjadi orang yang sombong. Ia tetap tampil sebagai wanita rendah hati yang punya segudang mimpi untuk keluarganya tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar